Sabtu, 30 Oktober 2010

Liga Primer Indonesia: Adopsi struktur yang memungkinkan kembalinya kejayaan persepakbolaan Indonesia

Seluruh pecinta sepakbola Tanah Air bersorak sorai ketika Boaz Salosa mencetak gol pertama pada pertandingan persahabatan antara Indonesia dengan Uruguay 8 Oktober yang lalu. Bagaimana tidak? Boaz berhasil menyarangkan gol ke tim peringkat empat Piala Dunia 2010. Namun setelah pertandingan usai, mungkin masyarakat Indonesia kecewa dengan hasil akhir 1 – 7 untuk kemenangan Uruguay. Padahal pada tahun 1974, Indonesia pernah mengalahkan Uruguay dengan skor 2-1.


Dapat saja kita katakan, bahwa prestasi tim Nasional adalah cerminan suasana kompetisi sepakbola dalam negeri. Setiap pemain dituntut memiliki mental dan passion yang tinggi dalam membela negara. Di sisi lain, mereka juga harus memikirkan karir masing-masing agar tetap bersinar dan tidak di”buang” oleh klub. Klub terkadang hanya mementingkan kemenangan tim semata (dengan berbagai cara) agar tetap mendapatkan sponsor. Hal ini membuat hal lain, seperti kesejahteraan pemain dan biaya cidera pemain, dinomorsekiankan. Tak mengherankan jika banyak pemain yang kemudian mengalami kesulitan untuk meningkatkan performanya.

Kompetisi dalam negeri saat ini dikenal dengan nama Liga Super Indonesia (LSI). Dengan segala macam wewenang, PSSI sebagai induk organisasi sepakbola Indonesia mengatur penuh struktur sistem pertandingan hingga bobot saham kepemilikan. Dengan demikian, pendanaan klub hanya mengandalkan sponsor internal dan APBD. Sehingga bila klub tersebut tidak berprestasi, dapat dipastikan sponsor tidak akan “betah”. Klub pun sulit melakukan manuver prestasi hanya dengan mengandalkan APBD.

Keadaan tersebut sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh FA, induk organisasi sepakbola Inggris. FA berhasil menciptakan sistem liga nasional yang menjadikan klub-klub yang berpartisipasi menjadi klub independen dan memperoleh pendanaan berupa saham dari liga nasional papan atas yang diberi nama Primere League. -klub kecil pun mudah berkembang karena tetap mendapatkan dana dari saham Primere League. Dalam hal regulasi, FA tetap mendapatkan satu kursi dalam komite eksklusif Primere League sebagai perwakilan regulasi dasar FA dan FIFA.

Liga Primer Indonesia (LPI) merupakan kompetisi sepakbola yang memiliki struktur yang mengadopsi struktur regulasi Primere League, di mana setiap klub diharapkan menjadi profesional dan mandiri. Setiap klub menjadi independen tanpa keluar dari PSSI.

Dalam struktur baru liga ini, setiap klub nantinya akan mendapat suntikan dana yang berasal dari pembagian saham LPI, pembagian sponsor utama LPI, hingga royalti hak siar. Dengan demikian, setiap klub lebih dapat memperhatikan kualitas pemainnya dan bersaing secara profesional. Pemain pun secara tidak langsung dituntut untuk meningkatkan performanya karena sirkulasi dana klub yang tinggi memungkinkan bayaran sebagai atlit sepakbola turut meningkat dan persaingan pun semakin ketat.

Bila struktur demikian diaplikasikan dan terus dikembangkan, dapat dibayangkan bagaimana suasana persepakbolaan Indonesia yang tentunya akan semakin kondusif. Pemain sepakbola amatir akan meningkatkan performanya untuk menjadi pemain profesional yang meyakinkan. Pemain profesional akan bersaing mendapatkan posisi terbaik dalam tim. Klub – klub pun dengan serius memperhatikan kualitas tim mereka. Dan yang paling utama adalah timnas dapat dibentuk lebih mudah dengan kualitas pemain profesional dari klub.

LPI akan membuka jalan agar predikat “Macan Asia” siap direbut kembali. Bravo persepakbolaan Indonesia!

sumber : ligaprimerindonesia.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar